Rabu, 28 Maret 2012

FENOMENA SOSIAL

Fenomena Sosial

Fenomena Tawuran antar Pelajar
Tawuran sepertinya sudah menjadi bagian dari budaya bangsa Indonesia. Sehingga jika mendengar kata
tawuran, sepertinya masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi. Hampir setiap minggu, berita itu menghiasi
media massa. Bukan hanya tawuran antar pelajar saja yang menghiasi kolom-kolom media cetak, tetapi tawuran
antar polisi dan tentara , antar polisi pamong praja dengan pedagang kaki lima, sungguh menyedihkan. Inilah
fenomena yang terjadi di masyarakat kita. Tawuran antar pelajar maupun tawuran antar remaja semakin menjadi
semenjak terciptanya geng-geng. Perilaku anarki selalu dipertontonkan di tengah-tengah masyarakat. Mereka itu
sudah tidak merasa bahwa perbuatan itu sangat tidak terpuji dan bisa mengganggu ketenangan
masyarakat.Sebaliknya mereka merasa bangga jika masyarakat itu takut dengan geng/kelompoknya. Seorang
pelajar seharusnya tidak melakukan tindakan yang tidak terpuji seperti itu. Biasanya permusuhan antar sekolah
dimulai dari masalah yang sangat sepele. Namun remaja yang masih labil tingkat emosinya justru
menanggapinya sebagai sebuah tantangan. Pemicu lain biasanya dendam Dengan rasa kesetiakawanan yang
tinggi para siswa tersebut akan membalas perlakuan yang disebabkan oleh siswa sekolah yang dianggap
merugikan seorang siswa atau mencemarkan nama baik sekolah tersebut. Sebenarnya jika kita mau melihat
lebih dalam lagi, salah satu akar permasalahannya adalah tingkat kestressan siswa yang tinggi dan pemahaman
agama yang masih rendah. Sebagaimana kita tahu bahwa materi pendidikan sekolah ...
Read More
Pendidikan Sebagai Wahana Pembudayaan Pancasila
Pokok-pokok Pikiran Disampaikan pada Konggres Pancasila III di Universitas Airlangga Surabaya, Tanggal 31
Mei 2001. Bahwa Pancasila sebagai dasar negara dan Pancasila sebagai sistem nilai luhur yang dimiliki Bangsa
Indonesia rasanya tidak perlu dibahas apalagi diperdebatkan. Bahwa Pancasila sebagai dasar negara harus
dijadikan sumber nilai sekaligus tolok ukur bagi penyelenggaraan negara juga tidak perlu diperdebatkan. Bahwa
nilai-nilai luhur Pancasila merupakan acuan bagi kehidupan bermasyarakat dan berbangsa juga tidak perlu
diperdebatkan. Bahwa Pancasila merupakan ruh kehidupan seluruh bangsa Indonesia, sehingga setiap langkah
seharusnya diwarnai nilai-nilai luhur Pancasila, juga tidak perlu lagi dibahas. Yang perlu direnungkan adalah
mengapa fenomena kehidupan kita dalam bermasyarakat dan berbangsa terasa masih jauh dari nilai-nilai luhur
Pancasila. Status Pancasila sebagai dasar negara dan sebagai sistem nilai Bangsa Indonesia sebagaimana
disebutkan di atas, telah kita sepakati sejak Indonesia merdeka. Namun setelah kita merdeka selama 65 tahun,
perilaku keseharian kita dalam bermasyarakat dan berbangsa tampaknya masih jauh dari nilai-nilai Pancasila.
Jika Bung Karno menyatakan bahwa Pancasila dapat diperas menjadi satu perkataan yaitu gotong royong, kita
dapat bertanya dimana gotong royong itu terimplemtasikan saat ini. Yudi Latif (Kompas, 13 Mei 2011)
menguraikan secara gamblang bagaimana seharusnya gotong royong menjiwai seluruh sila Pancasila.
Ketuhanan seharusnya dilaksanakan dengan prinsip yang lapang, toleran serta berkebudayaan, ...

sumber
elearning.unesa.ac.id/pdf-archive/contoh-fenomena-sosial.pdf

Corprate Culture

Corprate Culture
Istilah Corporate Culture Pertama kali oleh di populerkan oleh seorang
antropolog bernama Edward B Taylor pada tahun 1871, Ia mendefinisikan
sebagai :
“Sekumpulan pengetahuan, keyakinan, seni,moral, hukum, adat, kapabilitas
dan kebiasaan yang diperoleh oleh seseorang sebagai anggota sebuah
perkumpulan atau komunitas tertentu”
Berkembang dalam sosiologi “Sekumpulan simbol, mitos dan ritual yang penting
dalam memahami realitas sosial culture Organization (Budaya organisasi)
Secara umum: nilai-nilai dan cara bertindak yang di-anut organisasi (beserta
anggotanya) dalam hubungan-nya dengan pihak luar.
Ada 4 Mazhab
1. Konsep hubungan antar manusia
2. Konsep struktur modern
3. Konsep sistem
4. Konsep kekuatan dan politik
1. Konsep hubungan antar manusia
Konsep Hubungan antar Manusia oleh Chris Argyris & Warren Bennis, 1950-an
Konsep didasarkan pada motivasi dan dinamika kelompok serta mengadopsi
kerangka acuan yang terfokus pada organisasi
Konsep ini dikembangkan untuk melayani kebutuhan manusia yang ada dalam
organisasi.Dalam konsep ini, persepsi terhadap culture terbentuk dari : kerja
keras (hard work), aspek keyakinan (Belief), Nilai-nilai (Value), dan perilaku
yang biasa dilakukan (Behavior).
2. Konsep Struktur Modern
Dipopulerkan Lawrence dan Lorsch, 1960-an Dalam kosep ini, organisasi
diposisikan rasional, berorientasi hasil, mekanistik, dan diwujudkan dalam
bagan organisasi. Konsep ini kurang menekankan pada pengaruh,terbentuknya
persepsi tentang culture dalam diri seseorang
3. Konsep Sistem Dikembangkan 1940-an dan ber-kembang tahun 1960-an oleh Katz dan Kahn
(1966) “The Social Psychology of Organization”. Dalam konsep ini, organisasi
merupakan sebuah sistem lingkar (loop) yang terdiri input, proses, dan output
4. Konsep Kekuatan dan Politik
Oleh Pfeffer tahun 1970-an Organisasi terdiri kumpulan individu dan koalisi
dengan nilai-nilai, kepentingan, dan prefrensi yang berbedabeda bahkan tidak
jarang bertentangan.
Pandangan terhadap kekuatan dan politik berkaitan erat dengan pandangan
budaya seseorang Pandangan ini berpendapat : organisasi kadang-kadang
bertindak tidak rasional, sasaran dan tujuan organisasi berkembang melalui
proses negoisasi dan saling mempengaruhi.Dalam konsep ini, organisasilah yang
membentuk kelompok-kelompok, baik koalisi maupun subkulturnya.
Secara umum dapat disimpulkan Culture Organization mengacu pada rumusan
Keyakinan (belief), Nilai-nilai (Value), dan cara belajar dari pengalaman yang
dibangun sepanjang sejarah organisasi dan dimanifestasikan dalam tiap
pengaturan materi dan perilaku tiap anggota organisasi tersebut.
Atau “nilai-nilai yang menjadi pegangan Sumber Daya Manusia dalam
menjalankan kewajibannya dan juga perilakunya dalam organisasi (Susanto,
1997).
Sumber : www.vibiznews.com

Prilaku Organisasi

Prilaku Organisasi
Sikap kerja
Sikap kerja Menurut Robbins (2007), sikap adalah pernyataan-pernyataan evaluatif – baik yang diinginkan atau yang tidak diinginkan – mengenai obyek, orang atau peristiwa.

1.Disiplin kerja
( rules x punishment) + (norms x knowledge) = consistency
Disiplin berasal dari akar kata “disciple“ yang berarti belajar.
Disiplin merupakan arahan untuk melatih dan membentuk seseorang melakukan sesuatu menjadi lebih baik.
Disiplin adalah suatu proses yang dapat menumbuhkan perasaan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan tujuan organisasi secara obyektif, melalui kepatuhannya menjalankan peraturan organisasi.

Sanksi indisipliner dilakukan untuk mengarahkan dan memperbaiki perilaku pegawai dan bukan untuk menyakiti. Tindakan disipliner hanya dilakukan pada pegawai yang tidak dapat mendisiplinkan diri, menentang/tidak dapat mematuhi praturan/prosedur organisasi. Melemahnya disiplin kerja akan mempengaruhi moral pegawai maupun pelayanan pasen secara langsung, oleh karena itu tindakan koreksi dan pencegahan terhadap melemahnya peraturan harus segera diatasi oleh semua komponen yang terlibat dalam organisasi.

Pengembangan Disiplin

Asumsi : Tidak ada orang yang sempurna, oleh sebab itu setiap individu diizinkan untuk melakukan kesalahan dan belajar dari kesalahan tersebut. Tindakan koreksi dilakukan apabila individu tidak dapat mematuhi peraturan sesuai standar minimal atau tidak dapat meningkatkan tujuan organisasi

PRINSIP-PRINSIP Disiplin

1. Pemimpin mempunyai prilaku positif
2. Penelitian yang Cermat
3. Kesegeraan .
4. Lindungi Kerahasiaan (privacy)
5. Fokus pada Masalah.
6. Peraturan Dijalankan Secara Konsisten.
7. Fleksibel
8. Mengandung Nasihat
9. Tindakan Konstruktif
10. Follow Up (Evaluasi)





2.KEPUASAN KERJA
( job x reward) +( knowledge x bas. Need x expectation ) = equity
Wexley dan Yukl : mengartikan kepuasan kerja sebagai “the way an employee feels about his or her job”. Artinya bahwa kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan dirinya atau pekerjaannya. dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan yang menyokong atau tidak menyokong dalam diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaan maupun kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upaya, kesempatan pengembangan karier, hubungan dengan pegawai lain, penempatan kerja, dan struktur organisasi. Sementara itu, perasaan yang berhubungan dengan dirinya antara lain berupa umur, kondisi kesehatan, kemampuan dan pendidikan.
contohnya adalah karyawan yang puas dengan apa yang diperolehnya dari perusahaan dan karyawan inipun akan memberikan lebih dari apa yang diharapkan dan ia akan terus berusaha semaksimal mungkin untuk memperbaiki kinerjanya bahkan akan siap berkorban pulang malam alias lembur yang penting adalah semua pekerjaan selesai tepat pada waktunya.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
lima aspek yang terdapat dalam kepuasan kerja, yaitu
1. Pekerjaan itu sendiri (Work It self),Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya masing-masing. Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja.
2. Atasan(Supervision), atasan yang baik berarti mau menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap sebagai figur ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya.
3. Teman sekerja (Workers), Merupakan faktor yang berhubungan dengan hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
4. Promosi(Promotion),Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karier selama bekerja.
5. Gaji/Upah(Pay), Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak.

3. Komitmen pada perusahaan
Promotion mechanisms + ach.need = fairness
(Mahmudi, 2000) komitmen mempunyai empat arti yaitu : (1) komitmen adalah sebuah janji; (2) komitmen berarti tanggung jawab; (3) komitmen berarti komitmen kepada sistem berpikir dan aksi; (4) komitmen juga berarti tindakan komited.
Komitment perusahaan adalah sebagai suatu keadaan dimana seseorang karyawan memihak perusahan tertentu serta tujuan tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam perusahaan tersebut.
Menurut Fred Luthan, komitmen organisasi didefinisikan sebagai :
1. keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu;
2. keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi; dan
3. keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi. Dengan kata lain, ini merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan di mana anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan

Dampak Globalisasi Indonesia

arti Globalisasi
Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas negara menjadi bias. Kata “globalisasi” diambil dari kata global, yang maknanya universal. Globalisasi sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.

kosentrasi dalam Globalisasi


Unsur globalisasi yang sulit diterima masyarakat:
1. Teknologi yang rumit dan mahal.
2. Unsur budaya luar yang bersifat ideologi dan religi.
3. Unsur budaya yang sukar disesuaikan dengan kondisi masyarakat.


Unsur globalisasi yang mudah diterima masyarakat:
1. Unsur yang mudah disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat.
2. Teknologi tepat guna, teknologi yang langsung dapat diterima oleh masyarakat.
3. Pendidikan formal di sekolah.

Pengaruh terhadap Globalisasi

Pengaruh positif :
1.Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika pemerintahan djalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat.
2.Globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.
3.Globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.


Pengaruh negatif:
1.Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang.
2.Globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.
3.Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.

Sikap terhadap Globalisasi
Globalisasi telah membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat dunia. Tidak ada sekat yang menghalangi terjadinya komunikasi antarindividu. Globalisasi juga telah menyuguhkan banyak informasi yang berasal dari negara lain. Berbagai macam informasi mengalir dari satu tempat ke tempat lain. Banyak hal positif dari pertukaran arus informasi ini kita dapat. Namun juga tidak sedikit hal yang negatif yang terkandung di dalamnya. Demikian juga lewat televisi kita, banyak disuguhkan film-film asing. Umumnya kita merasa terhibur apabila menonton film-film asing, seperti telenovela. Dengan demikian, kita tidak kuasa menahan informasi dan pengaruh dari luar.
Bagaimana sikap kita terhadap globalisasi ini? Globalisasi bisa berdampak positif, bisa juga berdampak negatif. Kita harus pandai atau arif menyikapinya. Kita harus pandai-pandai dalam memilih informasi termasuk film-film dari luar. Informasi atau film dari luar yang baik (positif) kita ambil, sedangkan informasi atau film yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita (negatif) kita buang.